
Konsumsi konten pornografi memang memberikan efek rewarding karena adanya pelepasan dopamin. Tetapi, perasaan puas itu sering kali diikuti rasa cemas dan terganggunya hubungan sosial, seperti:
✔️ Cemas karena takut orang lain tahu kebiasaan buruk yang sering dilakukan
✔️ Timbul rasa tidak puas pada pasangan karena ekspektasi berlebihan
✔️ Senang mengisolasi diri dari aktivitas sosial dan hanya tertarik mencari kesenangan dari kebiasaan menonton konten yang dilarang
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَى مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الاِسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ
“Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan menyentuh. Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.”
(HR. Muslim, no. 6925)
Menonton konten pornografi menyebabkan perubahan pada otak kita, yang berpengaruh pada sikap kita sehari-hari. Orang yang mengonsumsi konten pornografi seringkali tampak gugup ketika sedang berkomunikasi, sulit untuk fokus dan berkonsentrasi ketika mengerjakan sesuatu, dan kesulitan untuk membedakan perilaku benar dan salah.
Untuk mengatasinya, kita bisa memperbanyak kegiatan positif dan juga mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan cara senantiasa berdzikir, bersholawat, membaca Al-Qur’an, dan mendatangi kajian-kajian Islam.