Maraknya pemberitaan media massa mengenai penyimpangan perilaku seksual pada anak semakin memprihatinkan dan membuat para orang tua resah terhadap perkembangan anak di lingkungannya.
FAKTANYA
Berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), disebutkan bahwa terdapat 2.982 pengaduan kasus perlindungan hak anak dan 2.971 pengaduan kasus pelanggaran pemenuhan hak anak pada tahun 2021.
Pada kasus perlindungan hak anak, telah dilaporkan sebanyak 1.138 (38%) kasus kekerasan terhadap anak, 859 (28%) kasus kejahatan seksual terhadap anak, dan 345 (11%) kasus anak terpapar pornografi.
Pada kasus pelanggaran pemenuhan hak anak, 2.281 (76%) kasus yang dilaporkan merupakan pengaduan lingkungan keluarga dan pengasuhan.
PENDIDIKAN SEKSUAL ADALAH TANGGUNG JAWAB ORANG TUA
Dalam Islam, pendidikan seksual adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan anak. Pendidikan ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab orang tua.
Dalam KBBI, pendidikan didefinisikan sebagai “proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan”. Jelas di sini bahwa tujuan pendidikan adalah “terbentuknya perilaku”, bukan sekadar “tahu”.
Islam telah mengajarkan bahwa pendidikan seksual pada anak dimulai sejak ia kecil karena mendidik tidak bisa mendadak.
BAHAYA YANG MENGINTAI ANAK YANG TIDAK DIBEKALI PENDIDIKAN SEKSUAL
• Anak tidak memiliki kemampuan sosial dan emosional yang baik
• Anak mudah terbawa ke arah pergaulan seks bebas
• Anak mendapatkan informasi yang keliru
• Anak bisa terpapar dampak negatif dari pertemanan yang berisiko
• Rasa ingin tahu anak yang memuncak dapat membuatnya memilih untuk mencari informasi mengenai seks secara bebas melalui media internet
PENGAWASAN DAN KONTROL ADALAH BAGIAN DARI PENDIDIKAN
Dalam buku Pendidikan Anak dalam Islam “Tarbiyatul Aulad fil Islam”, Dr. Abdullah Nashih ‘Ulwan menjelaskan bahwa metode pendidikan yang dapat membentuk anak terdiri dari 5 cara: pemberian keteladanan, pembentukan kebiasaan, pemberian nasihat, perhatian dan pengawasan, dan pemberian hukuman.
BAGAIMANA PENDIDIKAN SEKSUAL JIKA TANPA PENGAWASAN DAN KONTROL?
Pada anak, bagian otak yang sudah matang adalah sistem limbik. Sedangkan, otak rasionalnya, yakni korteks prefrontal, belum matang. Sistem limbik sangat berkaitan dengan perilaku instingtif, termasuk di antaranya adalah perilaku seksual. Sehingga, meski sudah diberi pengetahuan, jika dibiarkan tanpa pengawasan dan kontrol, dikhawatirkan anak justru terbawa dorongan instingnya.
Adanya pengawasan dan kontrol memastikan bahwa anak, tidak hanya mengetahui, namun juga melakukan apa yang benar. Jika tidak, orang tua bisa dengan segera melakukan intervensi berupa koreksi maupun pemberian konsekuensi. Pendidikan tanpa pengawasan dan kontrol sama saja dengan pengabaian.
HATI-HATI DENGAN GAWAI DAN PERGAULAN
Gawai bisa diserahkan kepada anak sepenuhnya jika akalnya sudah matang. Hal ini dilandaskan pada firman Allah dalam surah An-Nisa ayat 5.
”Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.”
Meski sudah dibentengi dari rumah, anak berisiko terpapar dari lingkup pergaulannya. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam telah mengingatkan,
“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari no. 2101)
TIPS DALAM MENJALANKAN PENGAWASAN DAN KONTROL
• Koneksi sebelum koreksi. Orang tua harus terlebih dahulu dekat dengan anak,
• Kenalkan anak dengan Allah sejak kecil. Kenalkan bahwa Allah adalah yang memberikan aturan bagi manusia.
• Pilih lingkungan yang baik bagi anak. Pilih sekolah yang sejalan dengan value keluarga. Pilihlah rumah yang dekat dengan masjid serta dikelilingi tetangga yang baik.
• Gali mengenai lingkup pertemanan anak. Orang tua harus tahu dengan siapa saja anak berteman.
• Batasi penggunaan gawai: durasinya dan untuk apa gawai digunakan.
• Diskusikan mengenai batasan dan tentukan konsekuensi.
• Jika anak melakukan kesalahan, pilih waktu yang tepat untuk memberi nasihat dan berikan konsekuensi jika diperlukan.
• Doa. Titiplah anak pada Allah yang Maha Melihat, Maha Menjaga.
REFERENSI
- Baird AD, Wilson SJ, Bladin PF, Saling MM, Reutens DC. (2007). Neurological Control of Human Sexual Behaviour: Insights from Lesion Studies. J Neurol Neurosurg Psychiatry; 78(10): 1042–1049. DOI: 10.1136/jnnp.2006.107193.
- Muntaha, A. (2020). Tafsir Surat An-Nisa’ Ayat 5. [Online] Available at: https://islam.nu.or.id/tafsir/tafsir-surat-an-nisa-ayat-5-UZONs [Cited Nov. 8, 2022].
- Syantut, K.A. (2019). Lindungi Anak dari Pengaruh Teman Buruk. Jakarta: Maskana Media.
- Tuasikal, MA. (2010). Pengaruh Teman Bergaul yang Baik. [Online] Available at: https://rumaysho.com/1287-pengaruh-teman-bergaul-yang-baik.html [Cited Nov. 8, 2022].
- Ulum, S.A. (2022). Kapan Waktunya Memberi Gadget pada Anak?. [Online] Available at: https://www.instagram.com/p/CHW_PVmMK4w/?igshid=YmMyMTA2M2Y%3D [Cited Nov 8, 2022].
- ’Ulwan AN. (2018). Tarbiyatul Aulad Fil Islam, Pendidikan Anak dalam Islam. Solo: Insan Kamil.
- University of Rochester Medical Center. Understanding the Teen Brain. [Online] Available at: https://www.urmc.rochester.edu/encyclopedia/content.aspx?ContentTypeID=1&ContentID=3051 [Cited Nov. 7, 2022].