Frasa “Daddy Issues” kerap digunakan untuk mendiskreditkan perempuan ketika mereka dianggap ‘bermasalah’ dalam hal seksualitas, misalnya ketika ada perempuan yang cenderung menyukai laki-laki yang lebih tua atau kaku ketika menjalani suatu hubungan romantis.
Padahal, kondisi ini sebenarnya adalah dampak dari hubungan yang kurang harmonis antara anak dan ayahnya. Dan pengalaman traumatis yang memengaruhi sisi psikologis ini dapat terjadi pada anak perempuan maupun laki-laki.
“Daddy Issues” tidak hanya dapat terjadi karena ayah absen dalam arti yang sebenarnya. Kehadiran ayah secara fisik yang tidak dibarengi dengan pengasuhan yang aktif juga merupakan bentuk absensi ayah yang dapat menjadi penyebab terjadinya “Daddy Issues”. Selain itu, faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab “Daddy Issues” di antaranya adalah kondisi ayah yang:
– tidak perhatian
– otoriter/kasar
– permisif/terlalu terbuka
– terlalu banyak mengontrol/mendominasi
– tidak dapat diandalkan, baik secara fisik, emosional, hingga finansial
– mengalami gejala penyalahgunaan atau kecanduan zat berbahaya
Biasanya, seseorang yang mengalami “Daddy Issues” akan:
1. Memiliki trust issue terhadap laki-laki
2. Lebih menyukai pasangan dengan usia lebih tua
3. Sering merasa kesepian dan haus perhatian
4. Mudah merasa cemburu, tidak percaya diri, posesif, hingga terlalu bergantung pada pasangan
Jika Knowledge Seekers mengalami hal ini, coba untuk mehamami kondisi psikologis yang dirasakan. Setelah itu, praktikkan self-acceptance untuk memulai fase healing. Kemudian lakukan terapi untuk mengontrol emosi dan membangun hubungan yang lebih sehat. Dan jangan lupa untuk berkonsultasi dengan psikolog/psikiater guna mendapatkan penanganan yang tepat (jika dibutuhkan), yaa!