TAHUKAH KAMU?Â
Di negara berkembang, 2-3 ibu hamil penderita HIV+ tidak memiliki akses pengobatan untuk mencegah penularan HIV. Akibatnya, setiap tahun muncul 370.000 kasus HIV baru di antara bayi yang berasal dari sekitar 1,5 juta ibu hamil yang positif HIV.Â
Di Indonesia, meskipun prevalensi HIV perempuan hanya 1 %, mayoritas 92,54% ODHA berusia reproduksi aktif (15-49 tahun) sehingga jumlah kehamilan dengan HIV positif diperkirakan akan meningkat.Â
Penularan HIV dapat terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh penderita, seperti:Â
– darah,Â
– sperma,Â
– cairan vagina,Â
– cairan anus, danÂ
– ASI.Â
Seorang yang dinyatakan positif HIV/AIDS dapat menularkan virus tersebut pada bayinya selama kehamilan, persalinan, atau menyusui.Â
BAGAIMANA PROSES PENULARAN HIV/AIDS?Â
Proses penularan saat kehamilanÂ
Janin dalam kandungan ibunya mendapatkan asupan makanan dari darah melalui tali plasenta. Peristiwa ini menjadi tempat darah bertukar, karena virus HIV/AIDS ada di dalam darah. ProsesÂ
penularan saat persalinanÂ
Pada ibu yang positif terinfeksi HIV biasanya ditemukan virus pada cairan yang keluar dari sekitar area organ intim. Selain cairan, HIV juga dapat tertular melalui darah yang keluar saat persalinan.Â
Proses penularan saat menyusuiÂ
Proses penularan melalui ASI dapat mencapai 5% hingga 20% karena HIV pada ASI berada dalam jumlah yang cukup banyak. Selain melalui ASI, kondisi seperti terjadinya luka di sekitar puting susu, luka di mulut bayi, hingga terganggunya fungsi kekebalan tubuh bayi dapat meningkatkan risiko infeksi HIV. Risiko penularan HIV melalui ASI dan proses menyusui terjadi pada 3 dari 100 anak per tahun.Â
LALU, APAKAH PENULARAN HIV BISA DICEGAH?
Bisa, dengan syarat dan ketentuan berikut!Â
Pencegahan saat kehamilanÂ
Pemberian terapi ARV bagi ODHA hamil. WHO merekomendasikan semua ibu hamil dengan HIV harus diberikan terapi ARV (antiretroviral) meskipun tanpa melakukan tes CD4. Tes CD4 adalah tes darah untuk menentukan seberapa baik kondisi sistem imun orang yang telah didiagnosis terinfeksi HIV terlebih dahulu. Terapi ARV bertujuan menjaga kesehatan ibu dan membantu mencegah penularan HIV ke janin.Â
Eh, emang obat HIV enggak bahaya, ya, kalau dikonsumsi ibu hamil?Â
Beberapa obat untuk HIV ada yang tidak cocok untuk dikonsumsi selama masa kehamilan karena berisiko membahayakan janin. Jadi, bagi ibu hamil yang terinfeksi HIV, selalu tanyakan keamanan obat-obatan HIV pada dokter kandungan sebelum mengonsumsinya.
Pencegahan saat persalinanÂ
- Persalinan dilakukan dengan metode caesarÂ
- Melakukan pembersihan jalan lahir dengan menggunakan chlorhexidine dengan konsentrasi cukup pada saat intrapartum untuk menurunkan insiden transmisi HIV saat persalinan antara ibu ke anakÂ
- Segera setelah lahir, bayi dari ibu yang mengidap HIV akan diperiksa untuk mendeteksi ada atau tidaknya virus HIV setelah 48 jamÂ
Pencegahan ketika bayi sudah lahir dan selama menyusuiÂ
- Pemberian terapi ARV profilaksis (pencegahan) pada bayiÂ
- Pemenuhan zat gizi bagi bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV dapat berasal dari pengganti ASI (PASI) yang umumnya berupa susu formula dengan tetap memperhatikan prinsip AFASS. AFASS: Acceptable (pemberian susu formula mudah diterima oleh bayi); Feasible (mudah dilakukan); Affordable (harga susu formula dapat terjangkau); Sustainable (pemberian susu formula berkelanjutan); Safe (susu formula aman bagi bayi).
- Pada dasarnya, pemberian ASI dari ibu terinfeksi HIV itu dilarang. Apabila ibu tetap ingin memberikan ASI, ibu harus rutin melakukan terapi ARV dan anak mendapatkan ARV profilaksis. ASI juga harus diberikan secara eksklusif selama 6 bulan dan kemudian dihentikan.Â
- Pemberian ASI dan PASI (mixed feeding) harus dihindari karena dapat meningkatkan risiko terinfeksi HIV yang lebih tinggi. Jika bayi sudah pernah diberi susu formula, sebaiknya ASI tidak diberikan lagi karena ada kekhawatiran perubahan pada saluran cerna bayi yang memudahkan virus HIV masuk ke tubuh bayiÂ
Â
IMPORTANT NOTE!Â
Tanpa pengobatan, sekitar 25-50% virus dari ibu yang terinfeksi HIV akan tertular ke bayi selama proses kehamilan, persalinan, ataupun menyusui.Â
Â
REFERENSIÂ
- Fajriani RM, Hardjono H, Sumardiyono S. 2021. Pengaruh sistem pendidikan terhadap perilaku pencegahan penyakit HIV/AIDS pada siswa SMP di Surakarta. Smart Society Empowerment Journal. 1(1): 1–18. Doi: 10.20961/ssej.v1i1.48542. Â
- [Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan RI. 2019. Keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor HK.01.07/MENKES/90/2019. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.  Â
- Muhammad ATG, Binuko KPE. 2022. Infant from HIV-Infected Mother. Proceeding of The 15th Continuing Medical Education. Faculty of Medicine Universitas Muhammadiyah Surakarta.Â
- Suradi R. 2016. Tata laksana bayi dari Ibu pengidap HIV/AIDS. Sari Pediatri. 4(4): 180. doi: 10.14238/sp4.4.2003.180-5.