
Pada Minggu, 1 September 2024, seorang siswi SMP berusia 13 tahun yang berinisial AA ditemukan meninggal dalam keadaan baju yang melorot, lebam di wajah, dan luka di bagian leher.
Kabarnya, korban diperkosa bergiliran sebelum akhirnya dibunuh.
Hal yang tak kalah mengejutkan adalah terduga pelaku pembunuhan berjumlah 4 orang, yakni laki-laki dengan inisial IS, MZ, NS, dan AS yang masih duduk di bangku SMP dan SMA. IS yang merupakan kekasih korban diduga telah merencanakan pembunuhan tersebut sebelum melakukan aksinya dan mengajak tiga pelaku lainnya.
FAKTA MIRIS!
– Keempat pelaku adalah anak di bawah umur: IS (16), MZ (13), NS (12), dan AS (12).
– IS diketahui mengoleksi video porno di handphone-nya. Motif pemerkosaannya pun diduga disebabkan oleh kebiasaan konsumsi pornografi.
– Korban diperkosa dua kali di tempat yang berbeda secara bergiliran oleh para pelaku.
– Aksi keempat pelaku terbongkar lantaran mereka dengan bangganya menceritakan pemerkosaan yang dilakukan pada seorang saksi.
KENAPA PORNOGRAFI MEMBUAT CANDU?
Konsumsi pornografi dapat membuat seseorang banjir dopamin, yakni hormon pemicu rasa puas dan senang sehingga akan sulit berhenti atau cenderung menjadi kecanduan.
Sekresi hormon dopamin secara berlebihan ini akan membuat otak terbiasa dengan stimulus yang “lebih super” dari biasanya. Penyebabnya adalah jumlah reseptor dopamin yang bertambah sehingga stimulus dalam level “standar” pun tidak cukup untuk membuat tubuh merasa puas.
KECACATAN BERPIKIR AKIBAT PORNOGRAFI
Otak manusia memiliki bagian berwarna abu-abu (grey matter) yang berperan dalam proses pengolahan informasi.
Bertambahnya reseptor dopamin akibat konsumsi pornografi dapat menyebabkan perubahan pada otak yang berupa:
– penebalan grey matter di amygdala (area pengendalian emosi) dan
– penipisan grey matter di prefrontal cortex (area pengambilan keputusan).
Akibatnya, proses judgement (penilaian) dan decision making (pengambilan keputusan) akan terganggu.
KESULITAN MENGONTROL EMOSI
AMYGDALA PROPOSES → PREFRONTAL CORTEX DISPOSES
Prefrontal cortex, bagian otak yang berperan dalam critical thinking, decision-making, dan judgment masih mengalami pematangan sampai kurang lebih usia kita 24 tahun. Sementara amygdala, bagian otak yang berperan dalam respons emosi cenderung sudah matang terlebih dahulu.
Hal ini menyebabkan respons emosi yang dikeluarkan amygdala tidak dapat disaring dengan optimal oleh prefrontal cortex.
Akibatnya, remaja cenderung sulit mengontrol emosi, lebih rentan berperilaku impulsif, dan senang melakukan sesuatu yang menyenangkan meskipun berisiko.
TANGGUNG JAWAB ORANG TUA
Peran orang tua dalam membersamai perkembangan anak sangatlah penting. Daripada hanya bermain gadget, mengajak anak untuk melakukan kegiatan yang melibatkan aktivitas fisik dan kognitif sudah sepatutnya menjadi prioritas.
Aktivitas fisik, seperti olahraga, berkebun, hingga beberes dapat menjadi opsi media pelepasan dopamin untuk anak. Selain itu, aktivitas kognitif, seperti menghafal Al-Quran dan hadis, membaca, serta belajar bahasa dan ilmu lainnya dapat membantu pembentukan sinaps baru dalam grey matter prefrontal cortex anak.
Pengalihan kegiatan dari penggunaan gadget —yang jadi media untuk mengakses beragam informasi— ini dapat sangat membantu mengurangi kemungkinan anak terpapar pornografi.
LAST BUT NOT LEAST…
Bangun kelekatan antara orang tua dan anak sedini mungkin dan doakan selalu mereka!
Lima tahun pertama kehidupan anak adalah fase emas untuk membentuk kelekatan yang sehat dan melibatkan mereka dalam aktivitas keluarga sehari-hari adalah salah satu caranya.
رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
“Ya Tuhanku, anugerahilah kepadaku dari sisi-Mu seorang anak yang saleh. Sesungguhnya Engkau Maha Mengabulkan doa.” (QS. Ali-‘Imran: 38)
REFERENSI
1. Adliyah, S. (2024). Motif Pembunuhan Siswi SMP di Palembang, Pelaku Nafsu Usai Nonton Film Porno. Detiksumbagsel; detikcom. https://www.detik.com/sumbagsel/hukum-dan-kriminal/d-7524964/motif-pembunuhan-siswi-smp-di-palembang-pelaku-nafsu-usai-nonton-film-porno
2. Arain, M., Haque, M., Johal, L., Mathur, P., Nel, W., Rais, A., Sandhu, R., & Sharma, S. (2013). Maturation of the Adolescent Brain. Neuropsychiatric Disease and Treatment, 9(9), 449–461. https://doi.org/10.2147/ndt.s39776
3. Feist, J. (2020). Theories Of Personality. Mcgraw-Hill Education.
4. Fernandez, D. P., Kuss, D. J., & Griffiths, M. D. (2021). The Pornography “Rebooting” Experience: A Qualitative Analysis of Abstinence Journals on an Online Pornography Abstinence Forum. Archives of Sexual Behavior, 50. https://doi.org/10.1007/s10508-020-01858-w
5. Myers, D. G., & C Nathan Dewall. (2015). Psychology in Modules (11th ed.). Worth Publishers.
6. Prastiwi, D. (2024). 5 Fakta Terkait Kasus Pembunuhan Ayu Andriani yang Dibunuh 4 Anak di Palembang. Liputan6.com; Liputan6. https://www.liputan6.com/amp/5695030/5-fakta-terkait-kasus-pembunuhan-ayu-andriani-yang-dibunuh-4-anak-di-palembang
7. Stark, R., Klucken, T., Potenza, M. N., Brand, M., & Strahler, J. (2018). A Current Understanding of the Behavioral Neuroscience of Compulsive Sexual Behavior Disorder and Problematic Pornography Use. Current Behavioral Neuroscience Reports, 5(4), 218–231. https://doi.org/10.1007/s40473-018-0162-9