“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani ataupun Majusi”.
(HR. Bukhari, Abu Daud, Ahmad)
KELUARGA = MADRASAH PERTAMA
Setiap anak lahir ke dunia dalam keadaan fitrah, yang seharusnya semakin kuat seiring waktu. Namun, jika tidak dijaga dengan tepat, peristiwa tertentu bisa jadi menjauhkan kita dari fitrah.
Sebagai tempat pertama anak untuk belajar, keluarga berperan besar dalam menanamkan nilai-nilai moral dan spiritual. Fondasi keagamaan yang ditanamkan sejak dini akan menjadi dasar saat anak menjalani kehidupan yang terus berlanjut.
BANGUN KELUARGA YANG BAHAGIA
Anak akan nyaman belajar dan berkembang di dalam rumah yang penuh kasih sayang. Keluarga bahagia tentunya berasal dari pernikahan yang bahagia pula.
Ayah dan ibu harus menciptakan memori menyenangkan dengan meluangkan waktu untuk makan, bermain, dan bercerita bersama keluarga. Bangun kepercayaan anak dengan menjadikannya sahabat. Anak tidak akan mudah tersesat jika ia percaya keluarga adalah tempatnya untuk “pulang”.
Sebaliknya, jika merasa tidak nyaman di keluarga, anak akan cenderung mencari kebahagiaan di luar rumah yang belum tentu sejalan dengan nilai-nilai Islam.
TANAMKAN NILAI-NILAI AGAMA SEJAK DINI
Cara terbaik untuk mengajarkan pada anak adalah dengan memberi contoh setiap hari. Ayah dan ibu harus mampu menunjukkan rasa cinta terhadap ibadah dan menyisipkan nilai-nilai Islam dalam segala hal yang dilakukan.
Pada dasarnya, anak punya naluri untuk meniru orang tuanya. Ini akan lebih mudah terjadi jika dilakukan di dalam keluarga yang bahagia.
PENDIDIKAN ISLAM SESUAI USIA
• Saat lahir:
Kumandangkan adzan di telinga bayi
• 2 tahun (mulai berbicara):
Ajarkan kecintaan pada Allah dan Rasulullah sedini mungkin
Bacakan Al-Qur’an, dimulai dari surat pendek
• 3-5 tahun:
Ajarkan doa-doa
Kenalkan Allah sambil merefleksikan ciptaan-Nya, baik makhluk hidup maupun alam sekitar
• 6-10 tahun:
Kenali karakter anak agar bisa mengarahkan pada hobi yang positif dan mendekatkannya pada fitrah
• Remaja:
Cari tahu apa yang diajarkan di sekolah atau lingkungan sekitarnya. Refleksikan apa yang anak dapat di luar rumah dan ajak diskusi untuk menghubungkannya dengan nilai-nilai Islam yang berkaitan.
TEGASKAN IDENTITAS GENDER
– Tanamkan bahwa Allah menciptakan manusia menjadi laki-laki dan perempuan dengan perbedaannya.
– Jelaskan batasan-batasan fitrah, perilaku yang dilarang maupun diperbolehkan bagi masing-masing jenis kelamin.
– Pengajaran tentang identitas kelamin bisa ditekankan dengan menceritakan kisah Nabi Luth.
– Anggota keluarga juga perlu menjalankan peran sesuai gendernya masing-masing. Tidak terbatas pada orang tua, saudara lain seperti kakak, paman, atau bibi juga perlu menyepakati prinsip yang sama agar pengajaran menjadi konsisten.
DI LUAR RUMAH
– Pilih sekolah yang sejalan dengan nilai-nilai Islam.
– Perhatikan karakter guru, teman, atau figur lain yang dekat dengan anak di sekolah maupun lingkungan sekitar.
– Kontrol akses internet, buku, tontonan, atau media lain untuk anak.
– Dampingi tanpa menggurui, agar anak tetap terbuka dan mau menerima saran dari orang tua dan pada akhirnya mampu menyeleksi sendiri yang baik dan buruk baginya.
REFERENSI
- Yanuarti, E. (2019). Pola asuh Islami orang tua dalam mencegah timbulnya perilaku LGBT sejak usia dini. Cendekia: Jurnal Kependidikan dan Kemasyarakatan, 17(1), 57-80.
- Khasanah, N. (2019). Peran Keluarga Sebagai Madrasah Pertama Bagi Pendidikan Ketauhidan Anak. An-Nidzam: Jurnal Manajemen Pendidikan dan Studi Islam, 6(1), 86-106.
- Basira Education. How do I protect my children from LGBTQI+ influences? [Online] Available at: https://www.basiraeducation.org/blog/how-do-i-protect-my-children-from-lgbtqi-influences