Pengaruh Lingkungan Terhadap LGBTQ+

MENJAGA FITRAH

Saat lahir, manusia diciptakan menjadi laki-laki dan perempuan dengan fitrahnya masing-masing. Menjaga fitrah perlu upaya, antara lain melalui pola asuh yang baik dan dukungan lingkungan. Fitrah yang terjaga dengan baik akan membentuk identitas gender dan orientasi seksual yang sesuai dengan ketetapan Allah.

KEDEKATAN DENGAN ORANG TUA

Kedekatan dengan orang tua berperan besar dalam membentuk identitas gender seorang anak. 

Bagi anak perempuan, kedekatan dengan Ibu memupuk sifat femininnya sejak usia dini. Jika kedekatan terus terjaga, karakter ini akan lebih mudah berkembang.

Bagi anak laki-laki, untuk mengembangkan sifat maskulin, mereka perlu “memisahkan diri” dari Ibu setelah selesai masa menyapihnya untuk belajar dari Ayah. Membangun kedekatan anak dan Ayah butuh usaha yang lebih besar karena tidak adanya keterikatan biologis seperti dengan Ibu. Tantangan yang lebih besar pada laki-laki ini diduga menjelaskan kenapa LGBTQ+ lebih sering terjadi di kalangan pria daripada wanita.

UNTUK ANAK LAKI-LAKI, AYAH BISA MELAKUKAN APA?

Seiring waktu, anak akan semakin mandiri dan nggak sepenuhnya bergantung pada ibunya lagi. Di masa ini, Ayah perlu aktif mendekati anak laki-laki.

Do:

•  Membangun kedekatan dengan anak dari aktivitas yang ia suka, meskipun terkesan kurang maskulin (misalnya kesenian). Jika Ayah berhasil membangun hubungan yang baik, maskulinitas tetap bisa dibentuk karena anak akan mencontoh figur Ayah yang dekat dengannya.

Don’t:

•  Memaksa anak melakukan yang nggak disukainya hanya agar dianggap “macho”, misalnya olahraga. Tidak semua anak berbakat dan suka hal tersebut, anak bisa tertekan dan justru menjauhi Ayah.

UNTUK ANAK LAKI-LAKI, IBU BISA MELAKUKAN APA?

Do’s:

•  Melatih kemandirian anak perlahan-lahan, seiring dengan disapihnya anak

•  Membagi peran mengasuh yang seimbang dengan Ayah

Dont’s:

•  Membiarkan anak terus bergantung padanya karena nggak siap kehilangan kedekatan

•  Sengaja menjauhkan anak dari Ayah dengan berbagai alasan, misalnya khawatir Ayah sibuk atau tidak percaya dengan cara Ayah mengasuh

LIBATKAN FIGUR DI SEKITAR ANAK

Selain menjalin hubungan yang baik dengan anak, orang tua juga perlu memperhatikan sosok lain di sekitar anak.

Jika memungkinkan, ajak figur lain yang dinilai berpengaruh untuk ikut mendukung upaya orang tua mendekatkan anak pada karakter maskulin atau femininnya.

Contoh:

-Anak laki-laki solat Jumat dengan driver setelah pulang sekolah jika Bapak bekerja 

-Anak perempuan perawatan ke salon dengan tante atau kakak perempuan

USIA KRITIS

Secara umum, usia 1-3 tahun adalah periode yang krusial untuk mengarahkan identitas gender dan orientasi seksual anak. Namun, hingga usia 12, upaya yang maksimal masih bisa banyak berpengaruh untuk mengarahkan anak pada fitrahnya.

REFERENSI

Nicolosi, J., & Nicolosi, L. A. (2002). A parent’s guide to preventing homosexuality. IVP Books.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts