Mau Menjadi Muslimah Sesuai Ketentuan Allah? Yuk, Belajar dari 4 Wanita Penghulu Surga! (Part 1 Khadijah dan Asiyah)

Tidak semua sosok mulia disebutkan dalam Al-Quran ataupun hadis atas jaminan surga untuk mereka. Akan tetapi, di antara mereka yang dijamin surganya, yang disebutkan dengan begitu terang-terangan, adalah empat sosok wanita yang bahkan disebut sebagai “pemuka wanita ahli surga” ini. Dalam hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

“Wanita-wanita yang paling utama sebagai penduduk surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Asiyah binti Muzahim (istri Fir’aun), dan Maryam binti ‘Imran.” 

(HR. Ahmad, 1:293) 

Apa, ya, kualitas di dalam diri empat wanita ini yang menjadikan mereka begitu spesial di sisi Allah? 

 

KHADIJAH BINTI KHUWAILID: SANG WANITA SUCI 

Di zaman jahiliyah, ketika banyak wanita yang bersolek untuk menarik perhatian pria dan menjadi pemuas hawa nafsu mereka, Khadijah binti Khuwailid justru dijuluki sebagai “Ath-Thohiroh”, yakni wanita suci. Ia dikenal sebagai wanita yang tidak banyak menampakkan dirinya di depan umum.

 

Khadijah binti Khuwailid terlahir dari keluarga dengan nasab yang mulia. Sebelum menikah dengan Rasulullah, ia pernah menikah sebanyak dua kali. Selepas kematian suaminya, ia mendapat harta yang berlimpah. Dengan kecerdasannya, ia putar kekayaannya tersebut dengan berdagang.

 

Jadi, betul bahwa ia adalah seorang pebisnis. Namun, semua tugas lapangan ia delegasikan kepada orang-orang kepercayaannya. Sementara itu, di rumahnya, ia memfokuskan diri mendidik anak-anaknya yang berjumlah 4 orang. Mereka dididik dengan sangat baik sehingga ketika Islam datang, anak-anaknya dengan sukarela memeluk Islam. 

 

KHADIJAH BINTI KHUWAILID: ORANG YANG PERTAMA KALI BERISLAM 

Di malam Rasulullah menerima wahyu pertamanya di Gua Hira, Rasulullah pulang dalam kondisi begitu ketakutan. Tanpa banyak menginterogasi, Khadijah menuruti permintaan suaminya untuk menyelimutinya.

 

Setelah dibiarkan menenangkan diri, Rasulullah pun akhirnya buka suara. Ia khawatir bahwa yang ia temui adalah setan. Khadijah pun segera membesarkan hati suaminya dengan menyebutkan berbagai kelebihan suaminya, “Tidak mungkin. Demi Allah, Allah tidak akan merendahkanmu. Sesungguhnya engkau menyambung persaudaraan, jujur dalam berucap, menanggung orang lemah, menjamu tamu, dan membantu kesulitan-kesulitan hak orang lain.”

 

Tidak berhenti di situ, Khadijah berpikir cepat dan memutuskan untuk mengantar Rasulullah ke sepupunya, yakni Waraqah bin Naufal, seorang pemuka Nasrani. Atas penjelasan sepupunya, di momen inilah Khadijah sadar bahwa apa yang akan dihadapi oleh suaminya bukanlah hal yang mudah. Meski demikian, tanpa ragu, Khadijah langsung meyakini bahwa suaminya adalah seorang utusan Allah.

 

KHADIJAH BINTI KHUWAILID: ALLAH DAN MALAIKAT PUN MEMBERIKAN SALAM UNTUKNYA

Setelah memutuskan untuk mendukung sepenuhnya peran baru suaminya sebagai utusan Allah, Khadijah tidak tanggung-tanggung memberikan segalanya demi dakwah Rasulullah, termasuk hartanya. Dengan begitu beratnya penolakan dari kaum kafir Quraisy, Khadijah juga turut merasakan penderitaan. Hilang sudah segala kenyamanan hidup yang dulu ia rasakan. Akan tetapi, setiap kali Rasulullah pulang, ia tetap tegar, menjadi “rumah” yang nyaman bagi Rasulullah.

 

Atas perannya dalam mendukung dakwah suaminya, keimanannya yang begitu kuat pada Allah, Allah dan Malaikat Jibril sampai-sampai mengirimkan salam kepadanya. Malaikat Jibril menitipkan pesan kepada Rasulullah untuk disampaikan kepada Khadijah, “Apabila ia datang kepada engkau, maka sampaikanlah salam dari Allah dan dariku kepadanya. Selain itu, beritahukan pula kepadanya bahwa rumahnya di surga terbuat dari emas dan perak, yang di sana tidak ada kebisingan dan kepayahan di dalamnya.” Seolah di sini Malaikat Jibril menghiburnya, bahwa segala penderitaan yang ia alami selama mendampingi Rasulullah akan dibayar dengan surga. 

 

ASIYAH BINTI MUZAHIM: HAMPIR DIBUNUH KARENA KEIMANANNYA 

Asiyah binti Muzahim adalah istri dari Fir’aun, seorang raja Mesir yang begitu angkuh, berbuat semaunya, bahkan menganggap dirinya Tuhan. Asiyah adalah orang yang menemukan bayi Musa yang sebelumnya sengaja dihanyutkan oleh ibunya ke sungai agar tidak dibunuh oleh tentara Fir’aun. Fir’aun dengan berat hati mengizinkan istrinya yang memohon agar diperbolehkan membesarkan bayi Musa.

 

Suatu hari, Nabi Musa datang ke hadapan Fir’aun dan menyampaikan seruan untuk mengesakan Allah. Ia juga memperlihatkan mukjizatnya berupa berubahnya tongkat yang ia miliki menjadi seekor ular, mengalahkan para tukang sihir yang Fir’aun bangga-banggakan. Asiyah yang menyaksikan peristiwa ini langsung menyatakan bahwa dirinya beriman pada Allah. Melihat hal ini, Fir’aun yang semula menyayangi istrinya seketika membencinya, bahkan menyuruh bawahannya untuk membunuh Asiyah dan orang-orang beriman lainnya. 

 

ASIYAH BINTI MUZAHIM: SURGA DITAMPAKKAN UNTUKNYA 

Para pesuruh Fir’aun mengikat kedua tangan dan kaki Asiyah ke empat buah tiang. Ia dihadapkan ke langit, tersengat cahaya matahari. Ditambah lagi, Fir’aun kemudian meminta pesuruhnya untuk melemparinya dengan batu besar. Meski demikian, Asiyah tetap teguh dengan keimanannya, tidak mau menyerah sedikit pun. Asiyah kemudian mengucap sebuah doa, yang terekam dalam QS At-Tahrim ayat 11,

Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya dan selamatkan aku dari kaum yang dzalim.”

Allah pun berkenan mengabulkan doanya. Ditampakkanlah gambaran rumah di surga, tempat tinggalnya kelak. Seraya mendapat siksa, Asiyah pun bisa tersenyum. Itulah akhir hidupnya. Asiyah meninggal dalam penyiksaan tersebut, tepat sebelum batu besar itu dilemparkan kepadanya.

 

Dari Khadijah kita belajar untuk…

  • Menjadi perempuan yang senantiasa memelihara kehormatan diri
  • Setinggi apapun kedudukan perempuan di masyarakat, peran utamanya kembali berada di rumah:
    • Menjadi pendidik terbaik bagi anak-anaknya
    • Menjadi istri yang menyejukkan hati dan pandangan suaminya, “supporter” utama suami

Dari Asiyah kita belajar untuk…

  • Mempertahankan keimanan dalam keadaan apapun, tidak menaati suami yang menyuruh untuk bermaksiat kepada Allah 

 

Bagaiman dengan kisah Maryam Binti Imran dan Fathiman Binti Muhammad? Apa “Kualifikasi” yang ada pada kedua wanita mulia ini? Klik disini untuk lihat part 2.

 

REFERENSI 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts