DON’T STOP TALKING ABOUT GAZA: Apa Yang Dihadapi Oleh Para Ibu Hamil Di Sana?

APAKAH KAMU TAHU? 

United Nation Population Fund (UNFPA) memperkirakan 5.500 ibu hamil di Palestina akan melahirkan pada bulan Desember 2023 dengan 180 persalinan berlangsung setiap harinya.

 

Gentingnya situasi di Palestina membuat banyak rumah sakit kewalahan dengan banyaknya korban jiwa dan pasokan medis yang semakin terbatas. Hal ini berpotensi membuat para ibu hamil terputus dari layanan persalinan yang aman. Maka dari itu, UNFPA memperkirakan 840 ibu mungkin mengalami komplikasi selama kehamilan atau kelahiran.    

 

Serangan Israel yang terus terjadi tentu menjadi bencana besar bagi semua penduduk Palestina. Lalu, bagaimanakah tantangan yang dihadapi oleh para ibu hamil di sana? 

 

WANITA GAZA MENJALANI OPERASI CAESAR TANPA ANESTESI   

Serangan Israel yang tiada hentinya mulai dari memblokade masuknya pasokan medis hingga meruntuhkan fasilitas kesehatan di Gaza mengakibatkan operasi caesar tanpa anestesi terpaksa dilakukan. Beberapa dari operasi tersebut juga dilaksanakan dengan bantuan pencahayaan dari senter ponsel.    

 

Pada dasarnya, operasi caesar merupakan proses melahirkan bayi melalui pembedahan pada dinding perut dan rahim ibu. Oleh karena itu, diperlukan anestesi atau pembiusan dalam pelaksanaannya sehingga ibu tidak merasakan sakit selama pembedahan.  

 

Apakah kamu bisa membayangkan bagaimana rasa sakit yang harus ditahan oleh wanita di Gaza?   

 

APA AKIBAT DARI OPERASI CAESAR TANPA ANESTESI? 

Para ibu yang tidak mendapatkan anestesi selama operasi caesar secara nyata merasakan sakitnya sayatan pisau bedah pada dinding perut mereka. Selain itu, terbatasnya ketersediaan air, antibiotik, dan keperluan dasar medis lainnya menyebabkan prosedur operasi tidak berjalan secara steril sebagaimana mestinya. Hal ini berdampak pada peningkatan angka infeksi pada wanita hamil dan melahirkan.   

 

Apabila dirasa tidak membutuhkan perawatan kritis, para ibu akan dipulangkan sesegera mungkin (biasanya 1 hari) setelah melahirkan karena harus bergantian dengan pasien lain yang terluka akibat bombardir Israel. Secara umum, ibu yang melahirkan dengan operasi caesar biasanya akan tinggal di rumah sakit selama 3-4 hari.   

 

KELAHIRAN BAYI PREMATUR YANG BERIMBAS PADA KEMATIAN 

Banyak ibu hamil mengalami stres berat akibat kondisi lingkungan yang tidak stabil. Bahkan, sekitar 15 persen kelahiran bayi diperkirakan akan terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya. Salah satu komplikasi yang sering terjadi adalah kelahiran prematur, yaitu kelahiran sebelum usia kehamilan 37 minggu. 

 

Bayi yang lahir prematur memiliki risiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan, seperti gangguan pernapasan, infeksi, perdarahan otak, dan kematian. Bayi yang lahir prematur juga membutuhkan perawatan khusus, seperti inkubator, ventilator, dan obat-obatan. Namun, fasilitas kesehatan di Gaza tidak mampu menyediakan perawatan tersebut karena krisis listrik, kekurangan bahan bakar, dan kerusakan akibat serangan Israel. 

 

KEGUGURAN 

Selain kelahiran prematur, lingkungan yang tidak stabil juga dapat mengakibatkan ibu hamil mengalami keguguran. UNFPA di Palestina menyatakan bahwa ibu hamil di jalur Gaza tidak mampu memperoleh layanan kesehatan dasar. 

 

Penyedia layanan kesehatan dari Asosiasi Keluarga Berencana dan Perlindungan Palestina (PFPPA) juga melaporkan adanya peningkatan keguguran di kalangan wanita hamil di Gaza utara. Para pasien mengalami gejala seperti pendarahan, sakit punggung, dan hipotensi, yang menyebabkan komplikasi serius. 

 

KUALITAS DAN KUANTITAS PRODUKSI ASI MENURUN   

Selain ibu hamil, ibu pascamelahirkan dan menyusui juga dihadapi tantangan yang tidak kalah mengkhawatirkan.   

 

Pada dasarnya, ibu menyusui disarankan untuk mengonsumsi air setidaknya 3 liter/hari dan makanan bergizi untuk dapat menghasilkan ASI dalam jumlah yang cukup dan berkualitas baik. 

 

Namun, terbatasnya akses terhadap air bersih, pasokan makanan bergizi, serta perasaan cemas dan takut menyebabkan penurunan produksi ASI pada ibu menyusui di Gaza secara kualitas dan kuantitas. Berdasarkan pengakuan dari beberapa ibu, hal tersebut membuat buah hati mereka mulai menolak untuk disusui. 

 

REFERENSI 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts