Membentengi Diri Dari Gerakan Lgbtq+ Dengan Memelihara Ego?

Secara bahasa, “ego” berarti “self” atau “I”. Dalam praktiknya, memiliki ego berarti seseorang mampu membuat keputusan sesuai dengan pemikiran diri sendiri. Memelihara ego adalah sebuah hal yang penting karena ini berhubungan dengan rasa percaya diri, serta menghargai dan mempertahankan pendapat/nilai yang kita yakini. 

Dalam pendidikan fitrah, memelihara ego termasuk dalam pendidikan individualitas. Secara natural, ego seseorang mulai tumbuh di usia dini. Oleh karenanya, dapat kita amati bahwa di usia dini seorang anak mulai berinisiatif melakukan sesuatu atau mulai ingin melakukan hal-hal secara mandiri. Dalam pendidikan individualitas, tumbuhnya ego ini harus direspon positif dengan cara menghargai apa yang anak utarakan dan lakukan, serta tidak dipaksa untuk selalu mengalah atau menuruti kemauan orang lain. Memaksa anak agar menjadi “anak penurut” justru malah bisa mencederai egonya. 

Saat ego tercederai, akan terbentuk pemikiran di dalam diri seseorang bahwa untuk bisa diterima di lingkungan sosialnya, ia harus menuruti atau mengikuti budaya/pemikiran yang ada di lingkungan tersebut. Dalam konteks derasnya arus gerakan LGBTQ+, pemikiran ini dapat membuat seseorang mudah terseret arus dan meninggalkan nilai-nilai agama yang seharusnya ia pegang. 

Bertahan dengan pemikiran berlandaskan agama di zaman sekarang memang berat, ya, Knowledge Seekers. Tapi, nggak apa-apa, mari kita anggap ini sebagai tantangan. Yuk, tetap pelihara ego kita untuk memperjuangkan nilai Islam dalam merespon gerakan LGBTQ+!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts