Kenapa, Ya, Sekarang Maksiat Makin Merajalela?

Dalam konteks seksualitas, kasus pemerkosaan, pelecehan seksual, perzinaan, sampai hamil di luar nikah, perselingkuhan, kecanduan pornografi, dan sebagainya semakin sering terdengar dan berseliweran di media. 

Jika saja kita mau jujur dalam merefleksikan tentang beragam permasalahan di atas, salah satu penyebabnya adalah hilangnya sebuah akhlak Islam yang bahkan sejak sebelum kenabian Rasulullah sudah diajarkan oleh nabi-nabi sebelumnya, yaitu malu. 

Malu di sini bukanlah tentang malu berbicara di depan umum atau sulit untuk bersosialisasi, melainkan tentang malu yang berkaitan dengan hak Allah dan hak manusia lainnya. Jika seorang hamba malu terhadap Rabb-nya, ia sangat menjaga sikapnya, baik saat berada di kerumunan ataupun saat sendiri, karena ia yakin Rabb-nya selalu melihatnya. Jika seseorang memiliki rasa malu terhadap sesamanya, ia akan sangat menjaga sikap karena ia tidak ingin menunjukkan perilaku yang tidak pantas ataupun sesuatu yang bisa merugikan orang lain. 

Pertanyaannya, kok, bisa, ya, rasa malu ini hilang? Jawabannya ada di dalam hadits Rasulullah lainnya,

“Malu merupakan bagian dari keimanan.”

(HR. Muslim no. 161) 

Jadi, kalau rasa malu tercabut dari diri seseorang, ini bisa jadi pertanda bahwa iman belum ada di dalam hatinya. Yang berarti juga, jika ingin bisa memelihara rasa malu, pupuklah terus iman. Bisa dengan perbanyak mengikuti kajian untuk mengenal Allah, perbanyak merefleksikan berbagai nikmat yang sudah Allah beri untuk meningkatkan rasa syukur, dan dengan banyak berdoa kepada Allah agar Ia selalu memberi taufik (bimbingan) dalam menjalani perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. 

Bismillah, semangat berproses untuk kita semua, ya, Knowledge Seekers!  Semoga kelak kita menjadi bagian golongan yang selamat di kehidupan selanjutnya.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts