Pacaran Islami, Memang Ada?

“Kalau nggak pacaran, lo nggak keren!”

Kalimat tersebut merupakan narasi yang sering banget dilontarkan oleh generasi strawberry. Nggak bisa dipungkiri, ya, Knowledge Seekers, pacaran (seakan-akan) menjadi bagian dari budaya remaja saat ini yang pada akhirnya cukup dapat menimbulkan peer-pressure. Lalu, apakah kita harus menormalisasi budaya pacaran?

Bukan pacaran yang harus dinormalisasi, melainkan ketaatan tanpa banyak alasan. Bahkan, dalih yang tampaknya syar’i, seperti menjadi semakin rajin ibadah pun tidak bisa menjadi validasi untuk seseorang berpacaran.

Sebab itu, muncul istilah ‘pacaran islami’ di tengah-tengah ummat sebagai bentuk perlindungan di balik sebuah pelanggaran. Padahal, Islam tidak pernah mengajarkan pacaran dan tidak ada landasan pacaran islami dalam syariat kecuali pacaran yang dilakukan setelah pernikahan.

“Pacaran kan identik dengan keromantisan dan kontak fisik. Lantas, kalau kita nggak pernah kontak fisik, nggak apa-apa kan?”

Walaupun dibilang pacaran tanpa kontak fisik, Islam dengan tegas melarang setiap orang yang berdua-duaan dengan lawan jenis. Apalagi kalau ada perasaan asmara di hati keduanya. Berkhalwat atau berdua-duaan adalah langkah pertama dalam mendekati zina.

Memang, berzina tidak harus melalui pacaran dan orang yang pacaran tidak pasti akan berzina. Namun, orang-orang yang berpacaran cenderung akan tergoda untuk melakukan zina mata, zina lidah, dan zina hati. Kemudian, bersentuhan, berciuman, dan seterusnya sampai benar-benar melakukan zina.

Kalo pendapat Knowledge Seekers tentang pacaran gimana? Yuk, share di kolom komentar!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts