Konsep Toxic Masculinity

Toxic masculinity adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan efek negatif dari sifat maskulin yang dilebih-lebihkan.

Pada dasarnya, maskulinitas adalah suatu karakteristik yang baik dan lumrah dimiliki laki-laki. Namun, hal ini akan menjadi toxic ketika laki-laki dituntut untuk menunjukkan maskulinitasnya agar tidak dianggap sebagai laki-laki lemah.

Dalam konsep ini, emosi khususnya kesedihan, cenderung dinilai sebagai kelemahan bagi laki-laki, sehingga mereka harus menyimpan emosinya dalam situasi apa pun, dan bersikap dominan. Padahal, laki-laki dapat memiliki sifat yang lembut dan sensitif, serta boleh mengekspresikan emosinya.

CONTOH TOXIC MASCULINITY

• Laki-laki tidak boleh menangis.

• Laki-laki harus menyimpan sendiri rasa sakit yang dirasakan, baik secara fisik maupun emosional.

• Laki-laki tidak boleh bergantung pada siapa pun, karena meminta bantuan dianggap lemah.

• Laki-laki harus selalu menang, baik dalam pekerjaan, hubungan, olahraga, bahkan aktivitas seksual.

• Laki-laki tidak boleh melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan perempuan, seperti memasak, menyapu, dan mengasuh anak.

DAMPAK TOXIC MASCULINITY

• Memicu tindak kekerasan dan pelecehan seksual, bahkan di lingkungan keluarga

• Bullying

• Memicu masalah kesehatan mental, seperti stres dan depresi

• Trauma psikologis

• Sulit memiliki hubungan yang baik dengan orang lain

• Mendorong perilaku tidak sehat, seperti merokok, minum alkohol, dsb.

MENCEGAH TOXIC MASCULINITY

Berikan edukasi, khususnya pada anak laki-laki sejak dini, seperti:

• Ajarkan anak untuk bisa mengungkap dan mengekspresikan berbagai emosi yang dirasakan. Jelaskan bahwa tidak ada salahnya untuk menunjukkan rasa sedih dan menangis.

• Tumbuhkan empati sejak dini, sehingga anak bisa memahami perasaannya dan orang lain.

• Hindari perkataan yang terkesan merendahkan perempuan, seperti “Jangan cengeng kayak perempuan!”.

• Beri pemahaman bahwa laki-laki boleh melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan perempuan, seperti memasak dan menyapu.

LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM SUDUT PANDANG ISLAM

Islam sebagai agama yang sempurna, telah mengatur secara detail dan proporsional segala sesuatu bagi laki-laki dan perempuan. Ada hal yang diwajibkan dan bisa dilakukan oleh laki-laki, tapi gugur kewajiban tersebut pada perempuan.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ عَلَى النِّسَاءِ جِهَادٌ قَالَ نَعَمْ عَلَيْهِنَّ جِهَادٌ لَا قِتَالَ فِيهِ الْحَجُّ وَالْعُمْرَةُ

Dari Aisyah RA berkata: “Wahai Rasulullah, apakah kaum wanita harus berjihad? Rasulullah SAW menjawab: “Ya. Mereka harus berjihad yang bukan perang, yaitu haji dan umrah.” (HR. Ibnu Majah)

FITRAH LAKI-LAKI

Laki-laki adalah pemimpin bagi wanita

اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ

“Laki-laki (suami) itu pemimpin/pelindung bagi perempuan (istri)”. (QS. An-Nisa: 34)

Keutamaan laki-laki dalam sudut pandang Islam, tidak serta merta membuat laki-laki dapat bersikap melampaui batas, seperti melakukan kekerasan…

عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ: مَا ضَرَبَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- شَيْئًا قَطُّ بِيَدِهِ وَلاَ امْرَأَةً وَلاَ خَادِمًا إِلاَّ أَنْ يُجَاهِدَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا نِيلَ مِنْهُ شَىْءٌ قَطُّ فَيَنْتَقِمَ مِنْ صَاحِبِهِ إِلاَّ أَنْ يُنْتَهَكَ شَىْءٌ مِنْ مَحَارِمِ اللَّهِ فَيَنْتَقِمَ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ. رواه مسل 

Dari Aisyah RA, berkata bahwa Rasulullah SAW tidak pernah memukul siapa pun dengan tangannya, tidak pada perempuan (istri), tidak juga pada pembantu, kecuali dalam perang di jalan Allah. Nabi SAW  ketika diperlakukan sahabatnya secara buruk juga tidak pernah membalas, kecuali kalau ada pelanggaran atas kehormatan Allah, maka ia akan membalas atas nama Allah SWT. (HR. Muslim)

Bahkan, Rasulullah membantu pekerjaan istrinya saat di rumah.

كَانَ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kesibukan membantu istrinya, dan jika tiba waktu sholat, maka beliau pun pergi shalat.” (HR. Bukhari)

RASULULLAH SEBAGAI TELADAN

Rasulullah dengan segala kesempurnaan akhlaknya harus menjadi teladan dan acuan kita dalam bersikap, untuk mengetahui apakah tindakan yang kita lakukan sudah tepat atau belum. 

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)

TOXIC MASCULINITY DALAM ISLAM

Rasulullah sebagai teladan kita menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Ada kalanya Rasulullah akan marah, sedih, bersikap tegas, dan lembut.

Rasulullah juga menangis saat anaknya, Ibrahim, wafat.

 ﺇﻥَّ ﺍﻟﻌَﻴْﻦَ ﺗَﺪْﻣَﻊُ ﻭﺍﻟﻘَﻠﺐ ﻳَﺤْﺰﻥُ ، ﻭَﻻَ ﻧَﻘُﻮﻝُ ﺇِﻻَّ ﻣَﺎ ﻳُﺮْﺿِﻲ ﺭَﺑَّﻨَﺎ ، ﻭَﺇﻧَّﺎ ﻟِﻔِﺮَﺍﻗِﻚَ ﻳَﺎ ﺇﺑﺮَﺍﻫِﻴﻢُ ﻟَﻤَﺤﺰُﻭﻧُﻮﻥَ 

“Sungguh mata menangis dan hati bersedih, akan tetapi tidak kita ucapkan kecuali yang diridhai oleh Allah, dan sungguh kami sangat bersedih berpisah denganmu wahai Ibrahim”. (HR. Bukhari)

Hal ini menunjukkan bahwa seorang laki-laki boleh mengekspresikan emosi yang dirasakan, tanpa sedikit pun larangan. Namun, laki-laki juga tidak boleh bersikap melampaui batas hingga melakukan tindak kekerasan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts