Teori bahwa adanya pemicu yang “direkayasa”, “dilebih-lebihkan”, yang kemudian ia sebut sebagai “supernormal stimuli”, mampu mengubah respon bawaan tubuh.
Dalam kasus ini, pornografi mampu menghasilkan stimulus yang tidak berkesudahan, karena penikmatnya dapat terus-menerus menonton pornografi hanya dengan ketukan jari. Diselaraskan dengan teori di atas, stimulus dari konten pornografi yang tidak berkesudahan ini adalah pemicu yang “direkayasa” yang kemudian mengubah respon bawaan tubuh.
Akibatnya, jumlah dopamin yang dihasilkan jauh melampaui jumlah dopamin atas rangsangan lainnya. Hal ini berbeda dengan stimulus akibat hubungan seksual sekali pun.
BANJIR DOPAMIN PADA PROSES ADIKSI
Otak beradaptasi terhadap “banjir” dopamin ini dengan memperbanyak jumlah reseptor dopamin agar komunikasi antarsel berjalan cepat. Akan tetapi, hal ini justru membuat sensitivitas otak terhadap kesenangan yang “standar” berkurang.
Otak menjadi “craving” terhadap banjir dopamin yang ia tahu bisa diperoleh dengan menonton kembali konten pornografi. Adaptasi otak inilah yang menyebabkan pelakunya “terjebak” dalam kebiasaan menonton konten pornografi.
BAGAIMANA KERUSAKAN INI BISA DIHENTIKAN?
Allah Subhanahu Wa Ta’ala menciptakan otak dengan kemampuan untuk terus berubah (neuroplastisitas).
Tinggalkan “rute” otak terkait pornografi dengan berhenti total dari kebiasaan menonton konten pornografi. Jika terus ditinggalkan, “rute” ini akan semakin usang dan perlahan rusak (pruning). Dorongan untuk menonton konten pornografi pun akan perlahan menghilang.
Ciptakan “rute-rute” baru dalam otak yang berisikan hal-hal yang baik dan bermanfaat. Jadikan hal itu sebuah kebiasaan baru. Setiap kali ada dorongan untuk menonton konten pornografi, alihkan segera ke aktivitas lainnya.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berpesan, “Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan disibukkan dengan hal-hal yang batil.”
KESIMPULAN
Kerusakan pada otak akibat menonton konten pornografi telah terbukti nyata dalam sejumlah penelitian. Kerusakan pada PFC membuat otak dewasa yang telah berkembang sedemikian rupa justru berubah menjadi seperti otak anak-anak yang masih belum mampu berpikir dengan matang. Belum lagi kerusakan pada regulasi pengeluaran dopamin yang membuat pelakunya semakin sulit menghentikan kebiasaan yang Allah haramkan ini.
Meski demikian, berhenti dari kebiasaan menonton pornografi bukanlah hal yang mustahil asalkan individu tersebut memiliki “strong why” yang kuat dan konsisten berpaling dari kebiasaan tersebut.
REFERENSI
- De Sousa A, Lodha P. (2017). Neurobiology of Pornography Addiction – A clinical review. Telangana Journal of Psychiatry, 3(2), 66-70. DOI: 10.18231/2455-8559.2017.0016.
- Diamond A. (2013). Executive Functions. Annu Rev Psychol. 64: 135–168. DOI: 10.1146/annurev-psych-113011-143750.
- Fernandez DP, Kuss DJ, Griffiths MD. (2021). The Pornography “Rebooting” Experience: A Qualitative Analysis of Abstinence Journals on an Online Pornography Abstinence Forum. Archives of Sexual Behavior. 50:711–728. DOI: 10.1007/s10508-020-01858-w.
- Hakim MS. Menundukkan Pandangan Mata. [Online]. Available at: https://muslim.or.id/26590-menundukkan-pandangan-mata.html (Accessed on 12 September, 2022).
- Love T, Laier C, Brand M, Hatch L, Hajela R. (2015). Neuroscience of Internet Pornography Addiction: A Review and Update. Behav. Sci. 5, 388-433. DOI: 10.3390/bs5030388.
- Muller KJ. (2018). Pornography’s Effect on the Brain: A Review of Modifications in the Prefrontal Cortex. The BYU Undergraduate Journal of Psychology: Vol. 13 : Iss. 2, Article 2. Available from: https://scholarsarchive.byu.edu/intuition/vol13/iss2/2.
- Stark R, Klucken T, Potenza MN, Brand M, Strahler J. (2018). A current understanding of the behavioral neuroscience of compulsive sexual behavior disorder and problematic pornography use. Current Behavioral Neuroscience Reports, 5(4), 218–231. DOI: 10.1007/s40473-018-0162-9.