“Perilaku hiperseks saya berakar karena pernah dilecehkan saat kecil.” – Anonim
Hai, Knowledge Seekers! Kali ini kita ingin membahas salah satu perilaku seksual yang masih jarang dibicarakan asal-usulnya, yaitu hiperseksualitas!
Banyak orang beranggapan bahwa perilaku hiperseksualitas adalah bentuk adiksi terhadap seks. Padahal, nyatanya, studi yang dilakukan oleh Fontanesi et al., (2020) membuktikan bahwa terdapat korelasi antara trauma terhadap pelecehan seksual dengan perilaku hiperseksualitas.
Menurut Harriet Clark, hiperseksualitas atau juga disebut Compulsive Sexual Behavior adalah sebuah gangguan pada perilaku seksual yang di mana penderitanya sulit dalam mengendalikan perilaku seksual yang berlebihan. Perilaku ini mencakup fantasi, dorongan untuk membicarakan, serta melakukan seks secara terus menerus. Orang yang mengalami ini biasanya memiliki adiksi terhadap pornografi, masturbasi, melakukan seks berbayar, hingga melakukannya dengan banyak pasangan.
Kenapa hal tersebut bisa terjadi?
Ternyata, respon trauma pada seseorang dapat timbul dengan berbagai macam bentuk. Tidak melulu “memendam” apa yang telah terjadi, namun kadang respon trauma ini dapat berupa hal lain.
Peristiwa traumatis dapat memengaruhi kesehatan psikologis seseorang hingga ke berbagai aspek kehidupan, salah satunya perilaku seksual. Respon trauma terhadap pelecehan seksual yang menimbulkan perilaku hiperseksualitas utamanya melibatkan rasa malu, bersalah, dan terpuruk.
Selain itu, bagi mereka yang pernah mengalami pelecehan seksual, kadang perilaku hipeseks ini timbul sebagai bentuk penyangkalan bahwa mereka pernah dilecehkan secara seksual dan mencari validasi bahwa mereka tetap layak secara seksual.
Jadi apa yang harus dilakukan?
Terkadang, apa yang terjadi pada diri kita ada di luar kuasa kita. Namun, untuk menyikapi trauma, tentu hal tersebut termasuk tanggung jawab kita terhadap diri sendiri. Jangan pernah takut untuk mencari pertolongan dari profesional agar dapat mengetahui pemicu awal dari terbentuknya perilaku seksual yang tidak lumrah.