Ayo sama-sama ngaku, kita cenderung melewatkan bagian reproduksi tubuh manusia saat mengajarkan anatomi pada anak, kan? Atau, jika kita mengajar mereka, kita cenderung mengajar dengan menyensor namanya, seperti Miss V, Mr. P, WW, dll, bukan?. Ketika orang dewasa menunjukkan rasa tidak nyaman terhadap organ/alat kelamin, maka anak-anak akan belajar bahwa ada sesuatu yang memalukan dan buruk tentang hal tersebut. Sebagai hasilnya, hal itu dapat memunculkan:
- Rasa malu untuk mengajukan pertanyaan ketika ada masalah
- Diagnosis yang tidak akurat saat berobat ke dokter
- Kesulitan dalam mengekspresikan diri ketika mengalami pelecehan seksual.
Namun, dengan Mengenali anatomi kelamin secara lengkap punya dampak positif sebagai berikut loh:
- Keterbukaan konsultasi kepada orangtua/wali dalam semua aspek
- Akurasi diagnosa ke dokter ketika ada masalah (jadwal menstruasi tidak teratur, iritasi kulit daerah kelamin, dll)
- Kemudahan mengekspresikan apa yang terjadi jika mengalami pelecehan seksual sehingga bisa mencari kesembuhan sesuai kebutuhan
- Kemudahan berkomunikasi tentang kebutuhan seksual pribadi kepada suami/istri
Jika kalian dapat mengajarkan hidung, mata, dan mulut, maka kalian juga bisa mengajarkan vagina, penis, vulva, dan skrotum. Ini akan mengajari mereka bahwa meskipun alat kelamin bersifat pribadi, tidak ada salahnya mendiskusikannya saat dibutuhkan.
REFERENSI
Matthews, D. 2017. Call Children’s Private Body Parts What They Are. [online] Available at: https://www.psychologytoday.com/us/blog/going-beyond-intelligence/201703/call-children-s-private-body-parts-what-they-are [Diakses 23 Oktober 2021]